Simpulan dari presentasi pada channel Youtube ISI surakarta oleh pak Pandu pramudita.

Inovasi dalam Bentuk Figur Kayon Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta


Aspek bentuknya di sini saya mengutamakan pada figur rayon yang memiliki atau yang penuh dengan nilai adiluhung dalam perkembangannya seiring perkembangan zaman bentuk figur di Surakarta ini mengalami perubahan dan muncul berbagai ragam bentuk awal kemunculan figur kayon itu pada tahun 1522 masehi atau tepatnya pada 1443 tahun Saka yang diketahui pada sengkalan nama yang berbunyi benih dan jagat yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga.

Bentuk figur kayon dalam Wayang Kulit Purwo Jaya Surakarta yang kedua mengapa terjadi inovasi bentuk figur karyawan pada wayang kulit Surakarta dan yang ketiga Bagaimana nilai filosofis bentuk figur karyawan wayang kulit Purwokerto untuk mengawali asumsi saya maka dugaan pertama bahwa inovasi figur kayon tampak pada keragaman bentuk figur kayon yang dilihat dari aspek bidang dan desainnya Kemudian yang kedua bahwa inovasi bentuk Kayong terjadi karena adanya proses kreatif yang dilakukan secara dialektis oleh seniman wayang dari pengalamannya terhadap bentuk-bentuk figur kayon sebelumnya Yang ketiga nilai filosofi figur kayon berada pada simbollitas unsur-unsur pembentuknya yang ditemukan pada setiap fitur meski memiliki ragam bentuk dari hasil inovasi metode penelitian yang saya lakukan menggunakan fenomenologi dengan lokus penelitian material khususnya adalah figur kayon.

 Pengalaman estetis yang pertama adalah pengalaman estetis dalam bentuk Citra Citra fisik ya yang kedua adalah pengalaman estetis dalam bentuk rasa disini Saya berusaha untuk pertemuan saya adalah menjelaskan apa itu pengalaman estetis ketika Memahami sebuah karya seni sebelumnya atau Seni tradisi yang pertama apa yang terjadi pada pengalaman estetik bentuk Citra fisik itu seniman akan melihatkan persepsinya di sini dalam bentuk figur kayon ada tiga persen yang pertama adalah persegi Kyon kedua persepsi gulungan yang ketiga persegi bentang alam persepsi kayon itu terpusat pada isian pohon yang ada di pucukkan video sedangkan persegi gulungan itu memusatkan pada bentuk kerucut bidang sedangkan persepsi bentangan alam itu dilihat dari ruang waktu datar yang terlihat pada lukisan figur kayon pada pengalaman estetis dalam bentuk rasa ini.

Inovasi bentuk figur kayon pada wayang kulit purwa gaya surakarta terjadi karena seniman mengalami pengalaman estetis dan pengalaman artistik sehingga memunculkan dialektika bentuk figur kayon.

rumusan masalah:

1.Bagaimana inovasi bentuk figur kayon dalam wayang kulit purwa gaya Surakarta?

2.Mengapa terjadi inovasi belum tidur kayu pada wayang kulit purwo gayaSurakarta?

3.Bagaimana nilai filosofis bentuk ikon wayang kulit purwo gayaSurakarta ?

tanggapan dari pertanyaan di atas :

1.Bahwa inovasi figur kayon tampak pada keragaman bentuk figur kayon yang dilihat dari aspek bidang  dan isiannya.

2.Bahwa inovasi bentuk figur kayon terjadi karena adanya proses kreatif yang dilakukan secara dialektis oleh seniman wayang dari pengalamannya terhadap bentuk bentuk figur kayon sebelumnya.

3.Nilai filosofis figur kayon berada pada simbolitas unsur-unsur pembentuknya yang ditemukan pada setiap figur kayon meski memiliki ragam bentuk dari hasil inovasi.

Metode penelitian yang di lakukan menggunakan fenomenologi dengan fokus penelitian material.Figur khususnya adalah figur kayon gaya Surakarta yang didukung dengan data oral atau wawancara dari informan penelitian. 

Inovasi Ragam Bentuk Figur Kayon

Bisa dilihat dari 6 aspek yaitu :

  • Ragam ukuran : Tinggi 75-99 cm, Lebar 38-99 cm.
  • Ragam Bidang : Wengku, Bedhahan dan Kadiwengku.
  • Ragam isian : 97 ragam terdiri dari tumbuhan (20), hewan (43), makhluk mitologis (6), benda alam (11), buatan (13) dan symbol (4).
  • Ragam Tatahan : 14 ragam terdiri dari, bubukan tratasan, untu walang, bubukan iring, mas-masan, gubahan, inten-intenan, smunem, sekar katu, patnan, seritan, sembuliyan, pipil dan susuk.
  • Ragam Sunggingan : Sorotan, Gemblengan dan Padang Bulan.
  • Ragam Sunggingan belakang : Sunggingan Api dan Sunggingan Air.

4 Hal yang menjadi kaidah bentuk figur kayon.

Pertama adalah bidang ideal kayon di mana di sini saya menggunakan data ukuran yang kemudian menggunakan teori golden rasio untuk membuat bidang idealnya. Di sini ada 2 golden rasio perbandingan golden rasio yang pertama 2 banding 1 dan kedua  5 banding 3 untuk diujikan. Dalam eksperimen ini menggunakan gambar teknik di mana gambar teknik ini ada 3 tahap: pertama adalah sistem dasar, kedua bidang dasar bidang,dan ketiga layyouting.

Dijelaskan bahwa nilai filosofis bentuk Kayon bermacam macam (Makromos, Mikromos, Metakromos) yang tentunya nilai tersebut memiliki relevansi yang kuat terhadap kehidupan manusia pada saat ini. Teori yang terlihat merupakan bagaimana inovasi bentuk Kayon dalam wayang kulit purwa gaya Surakarta. Hal tersebut telah dijelaskan secara rinci melalui kajian yang dilakukan. Pada makna dari wayang Kayon berubah-ubah yang dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan. Sedangkan promovendus memiliki makna tersendiri dari bentuk wayang Kayon agar makna nya tetap dan tidak berubah.

Komposisi isian kayon:

  1. Bagian pucukan terdiri dari pohon hayat
  2. Hewan terbang
  3. Hewan bergelantungan
  4. Hewan merangkak
  5. akhluk Mmitologis
Dan kayon memiliki dua wanda yang berbeda, Wanda Lanang memiliki bentuk ramping sedangkan Wanda Wadon memiliki bentuk gempal. Pada pengetahuan atau pengalaman estetis dalam bentuk citra fisik memiliki Presepsi Kayon, Presepsi Gunungan, dan Presepsi Bentangan Alam. Nilai filosofis bentuk kayon bermacam – macam yaitu terdapat Makromos, Mikromos, dan Metakromos. Tentunya nilai tersebut memiliki sebuah relevansi yang sangat mendalam terhadap kehidupan manusia.

Penggunaan figur kayon ada 8 jenis yaitu :
  • Pembuka pertunjukan
  • Pembatas kelir
  • Pengganti adegan
  • Pembagi babak
  • Penjelma objek
  • Penunuk tempat
  • Penguat suasana 
  • Penutup pertunjukan
dapat saya disimpulkan bahwa dalam wayang Kayon terdapat simbol tuntunan moral kepada manusia selama hidup di dunia. Dan untuk masyarakat indonesia  untuk dapat meningkatkan apresiasi kesenian wayang kulit dan membedah dan dapat membedakan bentuk figur kayon, Dan juga manusia hidup itu harus mengingat bahwa ada 3 tataran di mana dia hidup di dunia ini. Kemudian ada di Antara yaitu niskala skala.Dan kemudian ada dunia yang kemudian disebut sebagai niskala, yaitu dunia tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MITOS, METAFORA, METONIMI PADA CANDI PRAMBANAN

Mengarungi Mitos dari Sebuah Karya Seni

Review 20 jurnal